Minggu, 20 Desember 2015

Sesekali, Setengguk, Sekarang, Sesaat.

Sesekali aku curi-curi langit mendung sore ini, dari sudut kecil jendela rumah dan bangunan tua yang berdiri kokoh menari bersama hujan. Apalagi jika bukan lagi-lagi kopi, kehangatan kamar dan tentunya persoalan berpikir. Tapi mari sejenak menjadi normal, aku sedang tidak ingin membuat kalian pusing dengan ocehanku yang berbusa, hingga kalian sadar bahwa sebenarnya aku ini bukan manusia pada umumnya.. Bahkan aku ini tidak mengerti apakah aku ini manusia.
Setengguk  kopi menjadi penghantar apa sajalah terserah kalian yang menyebutnya, sore yang indah bukan? Ketika dalam suatu lagu aku menemukan banyak makna, ketika dalam rintikan hujan aku menemukan banyak cerita dan masih banyak lagi ketika-ketika itu. Aku tetap tidak pernah mengerti dengan apa yang sebenarnya ingin aku tulis, mengalir hanya sebagai penopang kehidupanku, nafasku. Lalu apalagi? Tentang sore ini, begitu menenangkan hati. Logika pikiran sejenak ku hentikan. Aku benar-benar menikmati sore ini, entah mengapa berbeda dan membingungkan. Aku merasa terberkati oleh langit, hujan, kopi dan tentunya apa-apa saja yang ada di kamarku. Tidak lupa olsen-olsen milik Sigur Ros juga membuat sore ini menjadi lebih bermakna.
Sekarang aku mengerti, apa yang sebenarnya dibutuhkan manusia ketika mereka benar-benar merasa terjebak dalam hingar bingar rutinitas yang terus berputar memakan habis setiap insan yang menari dalam suatu perayaan yang sebenarnya tidak akan pernah mengerti, tentang-tentang apa saja yang kita rayakan, tentang-tentang apa saja yang selalu kita pertanyakan. Menyelam, lalu kembali ke permukaan... Melompat, lalu kembali ke dasar. Hidup tidak sekedar tentang hidup, tapi lebih menekankan tentang kesadaran kita akan siklus dan hal-hal yang kita kira tidak akan pernah terjadi. Komunikasi fana sedikit mengganggu, lalu aku mulai kehilangan ketukan nada dalam tulisan ini, lalu semua menghilang dan aku sekali lagi terjebak dalam ruang kosong yang penuh dengan pengekspresian diri. Ruang hampa bernama fantasi nirwana. Apa kalian paham bahwa aku bukanlah masinis, kereta ataupun rel kereta.. Mengerti?
Sesaat setelah hal-hal nyata tersebut menggangguku, aku mulai kembali untuk tenang dan tidak lupa bernafas. Apakah ini terlalu panjang? Lantas apa yang ingin aku sampaikan? Jikalau tidak ingin terlalu serius makan aku akan berkata "Kopi sore ini nikmat, suasana sore ini syahdu, playlist lagu menuju petang ini juga mendukung, tapi aku pun masih menari-nari dalam kemunafikanku saja, tentang aku yang tidak pernah ada, tentang aku yang hanya apa yang sebenarnya kalian pikirkan.
Sudah cukup? Terima kasih, setidaknya.. Semoga yang kali ini tidak terlalu membodohkan atau membuat kalian bertanya-tanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar