Minggu, 09 Agustus 2020

Ketidakpercayaan dan Keheningan

Ditulis sesingkat-singkatnya.

Pada akhirnya, kita akan berakhir di pemakaman seorang diri. Bahkan perayaan-perayaan orang terkasih hanya menjadi pelepasan euforia semata, setelah itu sisanya hanyalah serangkaian rutinitas dan formalitas. Benar-benar tidak ada yang lebih mengerikan selain menghadapi kenyataan bahwa kita akan menepi, berhenti lalu mati. Tetapi memang begitulah adanya, serangkaian kehidupan beserta kematian, sekumpulan yang kompleks dan membuatku ingin meledak. Menjadi berkeping-keping dan bergeming. Bukan kah itu yang sebenarnya selama ini engkau cari? Atau justru alasan itu hanya dalih di balik akumulasi ketakutan terhadap ketidakjelasan dan ketidakpastian? Bisa jadi keduanya.

            Di dalam kesendirian, aku belajar mengenai ketidakpercayaan dan sampai detik ini aku menghidupinya. Tentang ketidakpercayaan terhadap apapun, bahkan terhadap yang absolut sekalipun. Karena kepercayaan melahirkan pengkhianatan dan dari situ roda berjalan bernama dendam tertanam abadi, di setiap nadi. Mengalir dalam darah yang menghidupi manusia, yang sebagian berhasil mengenal belas kasih, tetapi tidak dengan yang sebagian. Lalu berakhir dengan betapa biadabnya kita, manusia, yang saling mengkhianati satu sama lain. Bersama ego, yang saling berlomba satu sama lain, menjadi yang paling.

            Pemakaman di dunia ini berbagai macam bentuknya, bisa sebidang tanah, sebuah wadah atau seluas berkah. Tetapi satu yang pasti, mereka sudah tidak lagi dikhianati karena yang menjadi teman abadi adalah kesendirian. Seorang teman bernama kesendirian memberikan sebuah garansi, bahwa dia tidak akan pernah mengkhianatimu atau setidaknya mempermainkanmu. Kesendirian justru mengjarkanku banyak hal mengenai hidup dan mati. Bahkan beberapa pelajaran yang tidak akan aku pernah dapatkan di tempat lain. Dari situ, aku mengetahui bahwa kehidupan ini hanyalah sekumpulan pertaruhan pilihan dan konsekuensinya.

            Aku belajar bahwa baik untuk tidak terlalu cepat memberikan kepercayaan kepada orang lain, tetapi aku kemudian belajar bahwa akan semakin lebih baik lagi ketika tidak memberikan kepercayaan kepada orang lain, bahkan kepada diri sendiri. Terdengar membingungkan, aku pun demikian. Tetapi dari ketidakpercayaan tersebut, setidaknya aku tidak lagi hidup dalam ketakutan karena aku tahu pada akhirnya tidak ada sesuatu hal yang akan ku dapatkan di kemudian hari, selain kesendirian dan keheningan. Tetapi itu lebih baik, dibandingkan dengan  pengkhianatan dan dipermainkan, oleh sekelompok mamalia bernama manusia.