Rabu, 24 Mei 2017

Cerita Absurd Tentang Garpu dan Roti Bakar

Garpu dan Roti Bakar
            Pada suatu malam, sebuah Garpu tergeletak di meja makan seorang diri. Tidak ada piring, sendok dan kawan-kawannya. Tetapi malam itu, ada sepotong roti bakar yang ternyata mengalami hal yang sama, dia tergelatk seorang diri di ruang tamu. Malam itu cukup dingin, terlebih hujan turun dengan derasnya diluar, sang garpu dan roti bakar tersebut hanya bisa terdiam terpaku di tempatnya masing-masing. Sang pemiliki rumah sedang tertidur pulas, sedangkan lampu-lampu dirumah tersebut masih menyala.
            Sang garpu berpikir untuk mendatangi sang roti bakar tersebut, tapi hal tersebut merupakan sebuah ketidakmungkinan. Sedangkan sang roti bakar menunggu sebuah keniscayaan. Hingga pagi datang, mereka berdua hanya berdiam diri di tempatnya masing-masing dan sembari berpikir tentang fantasi apabila malam itu mereka berdua saling dipertemukan di dalam sebuah momentum yang absurd. Sekian, terima kasih sudah membaca cerita singkat yang begitu absurd ini.. Seperti halnya pencarianku atas nama kehidupan yang begitu banal ini.

*Ditulis atas dasar ide random teman saya.

Kamis, 04 Mei 2017

Tentang Cinta

"Tentang cinta, sesuatu yang jarang sekali aku bicarakan."

Pernah suatu ketika, seorang manusia bertanya-tanya tentang arti cinta. Dia bertanya, kepada laut, langit dan segala hal yang ada dan terlihat di muka bumi ini. Pertama-tama laut menyatakan bahwa cinta itu seperti dirinya, luas tak terbatas dan hampir memenuhi seluruh permukaan bumi. Tapi terkadang dirinya tidak selalu tenang, ketika ada suatu fase yang memang harus dia hadapi. Kedua, langit menyatakan bahwa cinta itu seperti dirinya, membentang megah dan termanifestasikan oleh cakrawala indah. Tapi terkadang dirinya tidak selalu hadir, ketik ada suatu fase yang memang harus dia hadapi.
            Lalu apa yang ketiga? Seorang manusia itu bertanya kepada manusia yang lain. Manusia pertama yang dia jumpai adalah seorang anak kecil yang sedang bermain bola seorang diri. Ketika ditanya tentang arti cinta, anak kecil itu menjawab kebahagiaan. Anak kecil tersebut menyatakan bahwa cinta itu seperti kebahagiaan, adalah sesuatu yang dicari oleh setiap manusia di dunia ini. Tapi terkadang dirinya dapat berbalik menyerang, apabila tidak bijaksana di dalam menghidupi kebahagiaan tersebut.
            Lalu siapa manusia kedua? Manusia kedua yang dia jumpai adalah seorang pemuda yang sedang duduk termenung seorang diri di taman. Ketika ditanya tentang arti cinta, pemuda itu menjawab penderitaan. Pemuda tersebut menyatakan bahwa cinta itu seperti penderitaan, adalah sesuatu yang membuat manusia semakin terpuruk di dalam keterlemparannya. Tapi terkadang dirinya dapat menjadi titik balik suatu perjalanan, apabila bijaksana di dalam mempelajari penderitaan tersebut.
            Lalu siapa manusia ketiga? Manusia ketiga yang dia jumpai adalah seorang kakek tua yang sedang bekerja menyapu taman tersebut. Ketika ditanya tentang arti cinta, kakek tua itu menjawab tanggung jawab. Kakek tua tersebut menyatakan bahwa cinta itu seperti tanggung jawab, adalah sesuatu yang membuat manusia memiliki alasan lain kenapa mereka harus tetap bertahan hidup. Tapi terkadang dirinya dapat menjadi ketersesatan, apabila bijaksana sekaligus tidak bijaksana di dalam mengemban tanggung jawab tersebut.
            Sudah hampir tujuh tahun lamanya dia masih tetap saja bertanya-tanya tentang arti cinta. Sudah hampir semua hal yang ada dan terlihat di muka bumi ini menjadi teman penceritanya, menceritakan semua penjelasan mengenai cinta. Namun hingga tahun ketujuh ini, dia tetap saja masih belum mengerti tentang arti cinta, hingga pada suatu pagi dia lupa menanyakan tentang arti cinta tersebut kepada dirinya sendiri.
            Katanya kepada semesta “Cinta itu adalah relativitas kosmos yang kompleksitasnya mengalahkan rasionalitas manusia dan membentang diantara sedimentasi perasaan. Kamu tidak akan pernah menemukan definisi yang pasti mengenai cinta, tapi setidaknya kamu masih dapat merasakannya dan membagikannya kepada manusia-manusia yang lain. Lakukanlah, sebelum kematian merenggut kesempatan tersebut.”