Minggu, 20 Desember 2015

Sesekali, Setengguk, Sekarang, Sesaat.

Sesekali aku curi-curi langit mendung sore ini, dari sudut kecil jendela rumah dan bangunan tua yang berdiri kokoh menari bersama hujan. Apalagi jika bukan lagi-lagi kopi, kehangatan kamar dan tentunya persoalan berpikir. Tapi mari sejenak menjadi normal, aku sedang tidak ingin membuat kalian pusing dengan ocehanku yang berbusa, hingga kalian sadar bahwa sebenarnya aku ini bukan manusia pada umumnya.. Bahkan aku ini tidak mengerti apakah aku ini manusia.
Setengguk  kopi menjadi penghantar apa sajalah terserah kalian yang menyebutnya, sore yang indah bukan? Ketika dalam suatu lagu aku menemukan banyak makna, ketika dalam rintikan hujan aku menemukan banyak cerita dan masih banyak lagi ketika-ketika itu. Aku tetap tidak pernah mengerti dengan apa yang sebenarnya ingin aku tulis, mengalir hanya sebagai penopang kehidupanku, nafasku. Lalu apalagi? Tentang sore ini, begitu menenangkan hati. Logika pikiran sejenak ku hentikan. Aku benar-benar menikmati sore ini, entah mengapa berbeda dan membingungkan. Aku merasa terberkati oleh langit, hujan, kopi dan tentunya apa-apa saja yang ada di kamarku. Tidak lupa olsen-olsen milik Sigur Ros juga membuat sore ini menjadi lebih bermakna.
Sekarang aku mengerti, apa yang sebenarnya dibutuhkan manusia ketika mereka benar-benar merasa terjebak dalam hingar bingar rutinitas yang terus berputar memakan habis setiap insan yang menari dalam suatu perayaan yang sebenarnya tidak akan pernah mengerti, tentang-tentang apa saja yang kita rayakan, tentang-tentang apa saja yang selalu kita pertanyakan. Menyelam, lalu kembali ke permukaan... Melompat, lalu kembali ke dasar. Hidup tidak sekedar tentang hidup, tapi lebih menekankan tentang kesadaran kita akan siklus dan hal-hal yang kita kira tidak akan pernah terjadi. Komunikasi fana sedikit mengganggu, lalu aku mulai kehilangan ketukan nada dalam tulisan ini, lalu semua menghilang dan aku sekali lagi terjebak dalam ruang kosong yang penuh dengan pengekspresian diri. Ruang hampa bernama fantasi nirwana. Apa kalian paham bahwa aku bukanlah masinis, kereta ataupun rel kereta.. Mengerti?
Sesaat setelah hal-hal nyata tersebut menggangguku, aku mulai kembali untuk tenang dan tidak lupa bernafas. Apakah ini terlalu panjang? Lantas apa yang ingin aku sampaikan? Jikalau tidak ingin terlalu serius makan aku akan berkata "Kopi sore ini nikmat, suasana sore ini syahdu, playlist lagu menuju petang ini juga mendukung, tapi aku pun masih menari-nari dalam kemunafikanku saja, tentang aku yang tidak pernah ada, tentang aku yang hanya apa yang sebenarnya kalian pikirkan.
Sudah cukup? Terima kasih, setidaknya.. Semoga yang kali ini tidak terlalu membodohkan atau membuat kalian bertanya-tanya.

Sabtu, 05 Desember 2015

Ini Tentang Kalian, Manusia.

Satu hari dalam hidup mungkin tidak bisa terhitung dengan satuan apapun itu karena kita masih memiliki beberapa misteri untuk dipecahkan, salah satunya tentang kehidupan kita.. Bagaimana kita bangun, beraktivitas dan pada akhirnya kembali lagi tertidur. Ya jikalau engkau tertidur, bagaimana bila tidak? Jadi sykurilah lelap dan bangumu disetiap saat.. Bahkan ketika engkau tidak bisa terlelap ataupun susah sekali untuk dibangunkan mengertilah itu hanya abstraksi sementara atas dasar ke-aku-an. Sebagai pengantar yang sebenarnya tidak terlalu masuk akal, mari kita mulai.. Menyebalkan memang, ketika engkau terbiasa untuk beraktivitas selama seharian penuh (Berangkat Pagi Pulang Pagi) dan diakhir pekanmu, engkau bisa melakukan perayaan dirumah, menyendiri, termenung, terasingkan, dan sepi.. Kemudian bosan dan sama sekali tidak produktif, what a waster! Tapi aku sudah berkutat dengan empat bulan lebih sekian dengan produktifitas yang melampui batas, banyak yang bisa dilakukan tetapi sedikit yang bisa terpikirkan. Manusia melakukan hal-hal banyak dan menumpuk didalam suatu daftar apa saja yang harus dicapai, banyak namun tidak terlalu banyak yang sebenarnya mereka pikirkan lebih dalam karena apakah mereka sebenarnya benar-benar melakukan itu atau hanya muncul sekedipan mata dan baiklah segera terselesaikan. Dengan kata lain kita simpulkan, bahwa manusia tidak memanusiakan manusia-manusia yang sebenarnya ingin menjadi manusia yang bukan manusia. Aku tau itu sedikit membingungkan, tapi cobalah untuk pahami lebih mendalam.. Aku memahami bahwa semakin engkau dewasa, pilihan yang kau ambil bisa sangat berbeda bagaikan langit dan bumi. Kenapa kita terkonstruksikan untuk melakukan hal-hal yang manusia sebut dengan rutinitas dan ada suatu penilaian begini begitu bahwa manusia yang sukses, bahagia dan berhasil adalah yang begini begitu. Sistem apakah yang menciptakan dan mengatasnamakan kebebasan padahal sejatinya kebebasan itu tidak pernah ada dan mutlak kecuali kegilaan dan kematian yang bisa dikatakan bahwa itu adalah cara pandang yang bukan manusia lagi, lantas manusia hanyalah sebuah kereta dengan jalur yang telah dipilihnya atau jikalau sedikit sensitif kita membahas Tuhan yang memilihkan rel untuk kita? Berdebat? Aku khawatir kopiku segera dingin jika membicarakan hal yang orang mengira itu adalah absolut. Kembali lagi ke rutinitas dan produktifitas, manusia dengan task manager yang tidak pernah disadari muncul tanpa adanya suatu program tersendiri dari dalam batin manusia. Ini itu yang dijalankan berdasarkan .exe yang sama sekali tidak pernah di klik. Mudahnya, manusia lebih banyak melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan, namun manusia terhimpit oleh suatu batas dan bentuknya seperti lingkaran yang semakin lama menghimpit mereka. Apa yang terjadi jika mereka tidak melakukan .exe itu? Tidak bisa karena kamu tidak akan menjadi manusia lagi, menurut perspektif kebanyakan. Makan pahamilah bahwa menjadi manusia adalah manusia itu sendiri, bukan sebagai makhluk hidup yang sebenarnya hidup.. Yap, semakin membingunkan seperti biasa. Itulah alasan kenapa aku tidak ingin disebut sebagai manusia meski pada dasarnya sains dan hal-hal apalah itu yang memenangkan lomba kebenaran menyatakan bahwa aku ini manusia dan bla bla bla bla, membosankan.. Kau tau? Hiduplah sebagai makhluk hidup, bukan sebagai manusia yang ini itu dan .exe | Aku tau muncul didalam detak jantungku, jadilah manusia yang benar-benar manusia, lantas apakah sebenarnya manusia itu? Bukan hanya sebagai hal yang berdarah, daging dan tulang semata. Namun lebih kepada suatu konsep pemikiran mereka yang terbentuk tanpa adanya pikir panjang tentang apa saja yang akan terjadi... Semacam tulisan ini yang terlalu panjang.
Sebenarnya masih panjang yang ingin aku ceritakan, tapi aku tau jika makan dan minum yang berlebihan itu bisa muntah, jadi berharap saja dunia ini masih berputar dan setidaknya aku masih bisa banyak belajar dari hidup ini. Semoga hari kalian menyenangkan, manusia...

*Jangan terlalu serius.

Jumat, 04 Desember 2015

Mampir Sejenak

Oke tuliskan apa saja dan jangan berharap lebih pada tulisan kali ini karena sejujurnya, saya hanyut dalam kenangan musim salju kala itu di Polandia.. Tapi bukan itu sebenarnya yang ingin saya tulis, ya selamat menuju akhir tahun dan rayakanlah. Orang-orang semakin menggila dengan kesibukan mereka dan tentunya persiapan menyambut apa saja itu yang pada akhirnya adalah suatu kumpulan pernyataan dan pertanyaan di meja makan keluarga tercinta. Ya, tidak terasa sudah setahun.. Lagi harus mampir sejenak dikepalaku, tapi tentunya aku terlalu malas sekali lagi hanya untuk menceritakan. Kau tau kan diluar hujan turun dengan derasnya dan saat ini menunjukan pukul sebelas malam tepat menuju akhir pekan di awal desember ini. Kopi bukanlah lagi sebagai komoditi si penulis ini karena kesehatan yang sudah tidak sebugar dulu, ya menyebalkan ketika perayaan sebentar lagi tidak akan bisa dinikmati tanpa bir atau sejenisnya, cukup bisa melihat dan katakanlah berharap bahwa bisa hidup menjadi sosok yang dulu berbeda itu menyenangnkan. 
Tegaklah, karena kau tidak akan pernah bisa menjadi manusia yang statis, ya karena kau harus tahu bahkan dunia pun berubah. Tidak ada yang pernah berubah kecuali perubahan itu sendiri.. Aku, kamu, mereka, kita, atau siapapun  yang memiliki celah untuk dirubah tentunya juga akan berbeda disetiap detiknya. Hanya kita tidak pernah sadar dengan perubahan itu karena sesuatu yang kecil selalu kita anggap remeh. Ya nikmatilah waktumu selagi sempat dan kau masih terpukau bodoh dengan kenyamanan fana ini sebelum pada akhirnya perlahan kau akan sadar bahwa hal-hal disekelilingmu mulai berubah perlahan, tertahan lalu tertelan akhirnya dengan kejamnya setiap pemikiran manusia dewasa ini. Aku sedang tidak ingin berbicara hal yang kalian sukai atau orang lain sukai atau yang dunia ini sedang butuhkan, karena aku tau itu hanya akan merubah sebagian kecil saja dari dunia ini yang semakin lama semakin membusuk, tentunya ini perspektif pemberitaan dan keuntungan saja. Jikalau kudasari dengan perspektifku, maka sepertinya dunia ini baik-baik saja dan memang ada kalanya kita tidak pernah bisa melakukan perlawanan pada hal-hal yang dalam tanda kutip bisa berpangkat ganda bahkan mengalahkan nurani yang sejatinya menanti perjalanan menuju apa itu sebenarnya rasio dan kebenaran absolut...... Oke mulai membingungkan, jadi bagaimana jika kita sudahi dan silahkan bercengkerama atau sekedar ngopi dengan saya untuk bertukar pemikiran. Kemana saja? Ya kalian tau terlalu banyak tanggung jawab yang menjadi tanggungan saya pada awal semester ini, bahkan waktu bernafas pun ku tak miliki, apalagi untuk mengatur jadwal kepergian dan ketersesatanku terhadap waktu sudah menjadi buah bibir noda hitam dibuku usang itu, lama tak ku buka. Ya tahun ini adalah tahun perubahan, aku sudah tidak tahu lagi apa yang ingin aku tulis, namun aku sudah memiliki kerangka........ Kerangka untuk melanjutkan hidup yang sejatinya kau akan tahu bahwa kita tidak pernah benar-benar dilahirkan dan bebas. Percayalah, ubah cara pandang kalian untuk lebih kritis dan jangan bodoh untuk terlena. Ada apa di akhir tahun ini? Mari kita lihat sendiri.. Tentukan, pilih dan tuntaskan!

Jumat, 31 Juli 2015

Bulan Akan Berganti

Mungkin akan kuawali dengan rasa bersyukur tapi sebenarnya aku sangat malas untuk menulis tapi waktu sudah menunjukan hampir tengah malam dan bulan akan berganti... Separuh musim yang baik, banyak hal-hal yang benar-benar terjadi menurut kehendak Tuhan dan aku menerima itu semua. Semoga itu berkah di pertengahan tahun ini. Juli! Ya dimana aku bertambah umur, dapat melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada, lulus UN dengan nilai yang memuaskan. Lalu apalagi? Tentunya masih banyak dan aku tidak ingin dibilang pamer seperti para Negativsm berpikir dan berucap. Aku benar-benar merasakan kehadiran Tuhan, Mukjizat itu nyata!
Aku hanya berharap semoga aku tetap diberi nafas kehidupan sehingga aku tetap bisa berkarya serta berguna bagi orang-orang disekitarku....

Semoga dunia ini mem-baik.

Selasa, 19 Mei 2015

Don't rolled back!

Being shit to yourself, kindly to the others. Don't rolled back..

Well.. Let's gettin started.
A few days ago, ah forget it.

Pagi ini mungkin sama seperti pagi yang telah berlalu, matahari mulai terbangun, orang-orang mulai berkativitas, kehangatan dan sejuknya perasaan itu menyelimutiku dari kejauhan.
Namun aku sedang memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah ada, mungkin bisa dibilang fana.. Tentang seseorang yang harus kuselamatkan. Adakah orang yang benar-benar harus aku selamatkan jiwanya? Seseorang itulah yang membuat pagi ini begitu berbeda. Biasanya pagi seperti ini aku sudah memulai rutinitas hidup sehatku, yaah walau hanya sekedar jogging dan kali ini aku memilih untuk diam merenung didepan layar kaca maya ini untuk menuliskan hal yang cukup terpikirkan olehku. Ternyata menulis di pagi hari itu enak, banyak inspirasi yang datang namun tetap secara otomatis otakku akan memilahnya.
Apakah kalian percaya bahwa sebenarnya Tuhan membawa kita ke dunia ini karena ada sesuatu yang harus kita lakukan? Bukan hanya sekedar sekolah, tumbuh dewasa, menikah, punya anak dan seterusnya.. Bukan. Tapi lebih kepada "Apakah kamu sudah berguna bagi sesamamu?" Mungkin lebih tepatnya aksi nyata untuk sesama. Terkadang terpikirkan olehku manusia di era sekarang ini lebih mementingkan kehidupan dan kenikmatan apalagi yang harus mereka capai, mereka lupa bahwa sebenarnya di luar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan. Membutuhkan apapun itu....
Tapi manusia lebih cenderung untuk acuh tak acuh, entahlah hanya perasaanku atau kenyataan tapi ini benar-benar menggangguku. Jikalau kita melompat kepada pemikiran yang lebih tinggi aku akan bertanya kepada Tuhan.. "Tuhan apakah ini memang sudah baik adanya? Ini kah yang dimaksud keseimbangan? Jikalau begitu maka aku benar-benar tidak bisa merubah dunia se-utuh-nya menjadi sesuatu yang lebih baik?"
Memang bodoh.. Seseorang bocah memiliki impian untuk merubah dunia ini menjadi lebih baik. Mustahil? Mungkin.. Tapi aku berpikir setidaknya aku sudah berani memiliki impian yang besar, aku berani keluar dari zona nyaman. Itulah yang terjadi kepada generasi penerus bangsa ini, mereka terlalu takut untuk keluar dari zona nyaman. Entahlah mungkin aku ini aneh dan terlalu berani mengambil resiko. Aku juga pernah berpikir bahwa besok aku akan memiliki keluarga dan harus menafkahi mereka dan bisa-bisa nya sampai saat ini aku tetap berpikir untuk merubah dunia ini menjadi sesuatu yang lebih baik. Sepertinya tulisan ini mulai kacau dan menyebar dalam berbagai aspek..........

So take me from the darkness savior! 
"Semoga Dunia Ini Bisa Menjadi Tempat Yang Lebih Baik Untuk Hal Yang Sebenarnya Aku Benci.. Manusia!"

Jumat, 01 Mei 2015

Sajak Tulisan Atau Apa?

Bulan berlalu dan malam sepertinya sedih, mungkin tidak karena langit malam ini tidak terlalu cerah.. Padahal aku tidak melihat keluar, hanya merasakan sejenak bahwa malam ini bulan sedang bersedih. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, mungkin dia sedang ingin berganti peran dengan matahari yang sepertinya kehadiran pagi itu selalu ditunggu dan ber-label-kan kebahagiaan dan semangat. Malam? Rasa lelah dan beristirahat bahkan bisa jadi ketakutan. Langit benar-benar gagah, bintang benar-benar menggoda dan angin sangatlah mengerti betapa ada seorang pemuda yang mati-matian menyembunyikan ketakutan terbesarnya atas waktu dan masa depan. Pemuda itu kini sedang duduk dan menulis tulisan ini, kemudian dia berpikir bahwa sebenarnya tulisan ini terlalu... Entahlah, mungkin berlebihan. Tidak ada yang ingin aku bahas malam ini, apakah ini sebuah sajak tulisan atau apa? Jika aku boleh berkata ini adalah irama dalam setiap nafas yang aku hembuskan hingga malam ini. Terima kasih Tuhan, Engkau selalu mengerti betapa dunia ini butuh sebuah keseimbangan yang mungkin tidak akan pernah manusia mengerti. Mungkin cukup sekian, atau aku harus berbicara soal kesempurnaan? Topik yang bagus, lingkungan sekitarku adalah ide terbaik untuk sebuah tulisan.. Teman, ya begitulah


Jika aku akan menjelaskan kesempurnaan maka jawaban singkatnya adalah, Tuhan.

Semoga cukup untuk membantu dan tetap menginspirasi walaupun tulisan ini sepertinya memang benar-benar tersirat.

Kamis, 16 April 2015

Tulisan Malam Berjudul Waktu

"Lagu ini dulu biasanya Papa dengerin waktu malem-malem gini di kos-kosan sambil ngerjain tugas atau ngapainlah sama Om Yosi."

Ya itulah perkataan Ayahku setelah didalam mobil aku memilih untuk memasukan cd lagu lawas berjudul... Stuck. Kemudian Ayahku teringat akan masa lalu SMA dia, dan cerita pun dimulai.. Ya setidaknya membuatku tidak bosan menyetir.

"Dulu kos Papa tuh kalau malem gini biasanya rame, ada yang belajar, ada yang cuman main, ada yang numpang makan. Pokoknya banyak."

"Eh si Yosi gimana kabare pah?" Ibuku bertanya..

"Wah Yosi, udah lama e gak denger kabarnya. Dulu dia lho yang pertama kali ngehubungi Papa setelah dikira Papa itu udah meninggal Dunia."

Ya setelah lulus kuliah, teman-teman ayahku mengira bahwa dia telah meninggal karena ada salah kabar dan kebetulan juga Ayahku tidak pernah ikut reuni. Om Yosi bisa dibilang Sahabat yang paling okelah bagi Ayahku, karena mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama..

"Kalau Om Yosi dirumah sendirian, biasanya Om Yosi main ke kos Papa terus diajaklah untuk menginap dirumahnya Om Yosi. Ya enak punya temen kayak dia, kalau dirumahnya serasa di surga. Om Yosi dulu kalau curhat pasti ke Papa.. Apalagi soal wanita."

Om Yosi adalah anak orang kaya sedangkan Ayahku hanyalah seorang perantau pas-pasan dan mereka berdua terlihat sangat akrab dari cerita Ayah dan teman-teman yang dulu pernah aku temui.

"Tapi sekarang gatau Om Yosi gimana kabarnya, Kapolres yang susah untuk dihubungi.. Sampai saat ini Papa belum bisa ketemu sama Om Yosi. Padahal udah kangen banget. Dulu Om Yosi kalau soal asmara pasti sial terus.. Setiap ngapel pasti ada aja halangannya, modus ini itu selalu gagal dan pasti kalah cepat."

"Kalau Papa dulu gimana?" Tanyaku..

"Wah dulu Papa gak doyan begituan, tapi dulu Papa temenan sama yang cantik-cantik. Temen cewek banyak tapi ga punya pacar. Dulu aja waktu Papa sakit Primadonya sekolahan Papa jengukin ke kos-an lho."

Sejenak aku terdiam...... Kenapa masa muda Ayahku dan aku sedikit sama ya soal teman wanita yang begitu banyak. Huh tapi tidak terlalu aku pikirkan.

"Kok Papa ga pernah ikut reuni lagi sih semenjak ketemu Tante Diah?" Tanyaku penasaran..

"Nanti, mama mu marah."

Ya seketika aku, ayahku, ibuku dan adikku langsung tertawa. Tante Diah dan Ayahku dulu katanya pernah ada rasa, tapi sekarang mereka sudah punya kehidupan sendiri...... Tante Diah tinggal di Belanda dan Ayahku masih saja di Jogja.

"Kamu mau po ngga kuliah di Belanda? Kalau mau nanti tinggal sama Tante Diah."

"Ah Papa dulu dah pernah nawarin. Tapi aku gak mau kalau gak beasiswa pah. Apalagi di Eropa kayaknya kerja sambil kuliah gak diperbolehin. Naya aja yang di Amerika katanya harus nunggu beberapa bulan baru bisa ambil Part Time Job."

"Sebenarnya kalau duit buat kuliahnya itu ada ngga."

Ya aku tetap terdiam.. Berpikir lagi bahwa beberapa bulan yang lalu aku sudah menolak beasiswa dari AUC dan sekarang aku juga tidak mau kuliah di Belanda. Ada kekhawatiran soal kemampuan diri dan juga faktor seseorang yang tidak bisa aku tinggalkan... Keluarga! Tapi bagaimanapun juga cepat atau lambat aku akan menikah, punya keluarga dan hidup mandiri lalu aku benar-benar akan khawatir dengan mereka. Ingin rasanya aku membawa keluargaku untuk tetap berada didekatku, tapi........ Sebenarnya semua itu hanya didasarkan oleh sebuah opini seseorang pemuda yang terlalu Idealis tapi tetap Realistis, rasanya tulisan ini sudah mulai tidak jelas.... Sejenak aku berpikir tentang masa depan. Bagaimana besok ya? Aku ada di posisi Ayahku dan sudah punya anak. Lalu aku bercerita tentang masa SMAku. Entahlah.. Semua perasaan bercampur aduk dan aku tertawa kecil. Aku jadi berpikir bagaimana ya kehidupanku di masa depan.. Entahlah setiap kali aku berkunjung ke catatan ini selalu saja soal masa depan dan masa lalu yang aku khawatirkan. Sesuatu yang belum terjadi dan membuat bebrapa umat manusia menjadi khawatir sehingga mereka benar-benar....................... Tidak menyadari apa yang sebenarnya kita cari didunia ini.

Untuk kalian yang sedang membaca jurnal ini... Coba pikirkan dan buat draft history 5 tahun sebelum ini dan 5 tahun yang akan datang. Jika berkenan silahkan bercengkerama dan berbagi pikiran dengan saya. Sepertinya ini sudah terlalu panjang.... Sekian.

Sabtu, 24 Januari 2015

Between Hell Heaven

"Ngga mimpimu itu terlalu tinggi deh, realistis aja.." Lalu 10 hari kemudian "Ngga beranilah buat bermimpi setinggi angkasa, Tuhan kita besar dan hebat. Apa iya kamu mau mimpimu cuman sederhana kayak gitu?" Hey bitch.. Are you fucking kidding me? Then I heard again. "Jadilah dirimu sendiri ngga, gak usah mikirin apa kata orang" 10 HARI KEMUDIAN "Ngga kamu ya harus nyesuain dong, orang-orang gak suka kalau kamu kayak gitu" Bitch please... "Alon-alon asal kelakon" Nah "Lebih cepat lebih baik"

So, the most wise man told me about this.. "Semua itu ada waktunya, kapan kamu harus A dan B. Ini semua soal time-ing" Yayayaya Got it, fool? Saya hanya tidak pernah tepat, mungkin itu saja permasalahan utamanya. Tapi terkadang saya bingung. Si A bilang qwerty lalu si B bilang uiop nah ada juga si C malah bilang asdfg. Apa saya harus menggunakan "Jadilah dirimu sendiri" atau "Ngga kamu harus nyesuain" ??

Sering ada permasalahan seperti itu yang saya temui dan itu membuat saya gila hingga akhirnya sekarang saya benar-benar membenci diri saya sendiri.. Lalu ketika ingat kedua orang tua saya. Fuck Off! I'm so stupid!! Penyesalan tiada akhir. Saya menyesal telah membenci diri saya sendiri, saya ciptaan Yang Maha Kuasa dan kesayangan dari kedua orang tua saya.

Intinya, apakah saya labil? Jika tidak labil maka saya akan selalu mengambil jawaban A dan B + C akan selalu menyalahkan jawaban saya.

J A D I  A P A  Y A N G  H A R U S  S A Y A  P E R B U A T  ?

Aku hanya bingung dengan segala opsi yang ada........ Apakah saya gila? Mungkin terlalu memikirkan masalah ini. Apakah saya harus bertindak luweh? Jika begitu akan lebih menyenangnkan!

I live.... Between Hell Heaven.