Jumat, 26 Februari 2016

Barangkali, Engkau Juga Masih Terjaga.

Sesekali saja menulis hal-hal yang berkisah tentang romansa atau sajak yang setidaknya dapat dimengerti oleh manusia pada umumnya. Lalu berharap saja tidak membuat kepala orang-orang jadi meledak, bisa jadi salah tafsir dan menyebabkan konflik.. Hehehe sebenarnya itu bagian favorit sih. Sebenarnya aku tidak mengerti  dengan apa yang akan aku tulis, jadi dimulai saja.

"Menjelang empat, aku masih terjaga. Barangkali ada yang sampai detik ini masih memikirkanku dan sebenarnya dia sama halnya denganku, masih terjaga dengan segala harapan yang pada akhirnya hanya akan menjadi keputusasaan. Tapi aku tidak pernah tau akan hal itu, sekilas imajinasi liar lewat tanpa permisi. Tentu bukan karena maksud lain aku masih terjaga, ya selayaknya manusia yang memiliki perasaan, hati ini memilih untuk khawatir atau mungkin merindu, entahlah bahkan aku sendiri tidak bisa mendefinisikan hal tersebut. Sejenak aku berhenti dari hingar bingar keramaian dan kesibukan hidup ini yang semakin lama hampir membunuh waktu yang tinggal sedikit aku miliki. Lantas aku memutuskan untuk membuka galeri foto di kala aku masih menginjak bangku menengah atas. Ternyata kita sudah berjalan sejauh ini ya? Aku dengan kesibukanku, kamu dengan kesibukanmu. Lantas kapan kita akan memiliki waktu untuk sekedar bersua? Menghabiskan detik demi detik, bercerita tentang apa saja yang sudah kita alami sedari makan malam terakhir kita. Bahkan aku sudah lupa itu kapan. Ya sisi lain dari diriku berkata "Dasar, melankolia." ah, persetan dengan itu. Bukanlah suatu masalah jika sesekali kita berdamai dengan keadaan, hal yang sangat berat namun sangat melegakan. Sudah terlalu lama aku menyimpan segala hal yang seharusnya aku ceritakan, namun aku tidak mau apabila kamu bukanlah orang pertama yang mendengar cerita petualanganku selama menanti masa dimana kita akan bertemu kelak.  Sepertinya kita bisa menghabiskan seharian penuh hanya untuk sekedar berbagi cerita. Barangkali engkau juga masih terjaga, sama halnya denganku? Lalu engkau juga sedang menulis keresahan ini? Tapi perbandingannya hanya 0,5% saja, fakta berbicara. Yang aku tau, engkau sedang terlelap pagi ini karena ini masih sabtu dan kau harus pergi ke sekolah. Hmmm, apalagi yang harus aku tulis tentang dirimu? Sepertinya cukup sekian, aku juga harus terlelap karena ini akhir pekan dan akan lebih banyak hal yang harus ku kerjakan. Sampai jumpa pada pertemuan selanjutnya Helena, dalam keadaan waktu dan tempat yang tidak pernah kita ketahui. Semoga sukses dengan sekolahmu dan berhasil menjadi Gadjah Mada Muda ya!" Cerita tentang Carolus Dewangga Ade Pratama yang sedang menulis di pagi hari untuk sekedar melepas rasa lelah karena sejatinya dia ingin sedetik saja lari dari kenyataan hidup ini. Tapi pada akhirnya, untuk kesekian kalinya dia harus berdamai dengan keadaan bahwa dia tidak akan pernah bisa lari dari kenyataan hidup ini. Satu lagi, bagaiman wanita yang dia pikirkan akan mengetahui tulisan ini dan mengerti apa yang ada didalam isi hati si penulis? Bagaimana segala kerinduan tersebut akan tersampaikan? Bahkan pada kenyataanya, mungkin si wanita tersebut justru akan merasa terganggu dengan adanya tulisan ini, bagaimana caranya agar si wanita tersbeut mau mengerti bahwa hal ini tidak semudah matematika yang apabila 1 + 1 = 2. Bahkan ini sama halnya serumit teori nihilisme milik Nietzsche. Aku yakin sekali bahwa tulisan tersebut hanya mewakili sedikit dari keseluruhan keluh kesah yang sebenarnya ingin diungkapan oleh penulis, tapi apa daya.. Sepertinya dia sudah tidak mampu lagi untuk mengkalimatkannya. Entahlah, tulisan ini sama sekali tidak mengena. Ya sudahlah... Matahari mulai bangkit dari singgah sanahnya, saatnya terlelap. -KrunK

Apa itu berdamai dengan keadaan? Berdamai dengan keadaan berarti kita dengan lapang dada menerima kenyataan. Jikalau bahagia maka sesegaralah tersenyum, jikalau sedih maka sesegeralah menangis atau lakukan apapun untuk mengeskpresikan perasaan tersebut, karena dari hal itulah kita disebut sebagai manusia. Tanpa kita sadari, pembelajaran paling banyak yang kita dapatkan adalah ketika perasaan lebih mendominasi daripada rasio kita.