Rabu, 05 Juni 2019

Tentang Memaafkan

.. yang termaafkan dan tidak..


Ditulis ketika lebaran, dalam kondisi sakit, menyendiri dan terasingkan.

Bagiku, memaafkan orang lain atau semesta adalah sesuatu yang mudah, tapi tidak dengan memaafkan diri sendiri. Entahlah, aku benar-benar tidak mengerti kenapa sangat sulit untuk sekedar memaafkan diri sendiri atas kesalahan atau dosa yang telah diperbuat dalam kurun waktu tertentu. Padahal, seharusnya memaafkan diri sendiri adalah sesuatu yang lebih mudah bukan? Karena kita tidak perlu bernegosiasi dengan orang lain, dimana orang lain merupakan sebuah variabel yang terkadang kompleks dan tentu penuh dengan ketidakpastian. Lalu bagaimana dengan diri sendiri? Seharusnya lebih mudah, tapi benarkah seperti itu? Awalnya aku juga berpikir demikian, tapi ternyata aku salah. Setelah beberapa kontemplasiku terhadap kehidupan dan hal-hal lain yang tidak dapat kuceritakan disini.
Mungkin, bagi sebagian orang memaafkan diri sendiri adalah sesuatu yang tidak mudah, atau bahkan menjadi sesuatu yang paling sulit untuk dilakukan. Aku pun juga mengalami hal yang sama, sampai detik ini ada beberapa kesalahan dan dosa yang masih belum bisa ku maafkan. Entah itu kepada orang lain atau diri sendiri, meskipun sebenarnya orang-orang tersebut telah memaafkanku, tapi tetap saja masih sulit rasanya untuk bisa memaafkan diri sendiri. Bahkan, terkadang aku berpikir mungkin aku benar-benar tidak bisa memaafkan diriku sendiri, atas beberapa dosa dan kesalahan. Kesulitan didalam memaafkan diri sendiri bukanlah sesuatu yang aneh atau salah, aku juga mengalaminya.
Kesalahan dan dosa tersebut bisa hadir dalam berbagai macam bentuk atau wujud, tentu kalian memiliki versi kesalahan dan dosa masing-masing. Bahkan, apa yang kalian percayai sebagai suatu kesalahan dan dosa belum tentu aku sepakati sebagai sebuah bentuk kesalahan dan dosa. Lagi-lagi tulisan ini bersifat relatif, semua kembali kepada apa yang kalian percaya dan yakini. Tidak ada suatu indikator pasti apabila merujuk pada diri sendiri sebagai Hakim penentu yang salah dan tidak, yang dosa dan tidak, yang termaafkan dan tidak.. Karena kita hanya sedang benar-benar dipermainkan, oleh pikiran dan hati kita, oleh apapun atau siapapun yang berseberangan saling melawan satu sama lain.
Biasanya, dalam tulisan-tulisanku aku menjadi seorang yang tahu dan tidak sedang bertanya, tapi kali ini berbeda. Dalam tulisanku ini aku benar-benar tidak mengerti dengan persoalan yang ku bahas, bisa jadi ini adalah sebuah bentuk pertanyaan bagi kalian.. “Bagaimana caranya memaafkan diri sendiri?”. Oh iya, mau tau sebuah kebetulan? Ketika aku menulis paragraf ke-4 ini, playlistku sedang memainkan lagu berjudul Taifun milik Barasuara. Dalam lagu tersebut ada sebuah lirik yang bertuliskan “Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu. Kau menari dengan waktu tanpa ragu yang membelenggu.” Sebuah kebetulan yang sering terjadi dalam hidup ini, menyebalkan.
Entahlah, baru saja aku bertanya, lalu semesta membisikan sebuah pesan dengan secara kebetulan melalui lagu tersebut. Mungkin, satu-satunya cara untuk bisa memaafkan diri sendiri adalah dengan menerima dan berdamai dengan diri sendiri dan kenyataan? Lalu, sebenarnya muncul pertanyaan selanjutnya.. Bagaimana caranya menerima dan berdamai dengan diri sendiri dan kenyataan? Tulisan yang menyebalkan bukan? Ya, aku hanya sedang malas untuk berpikir, beberapa hari yang lalu temanku berkata untuk tidak terlalu banyak memikirkan sesuatu hal, dan saat ini sedang ku coba.


Awalnya aku ingin menulis soal kesalahan dan penyesalan, tapi entah kenapa justru berakhir seperti ini, ya sudah, mau bagaimana lagi. Selamat merayakan apapun yang perlu dirayakan, terima kasih sudah membaca.