Jumat, 03 Maret 2017

Sebuah Tulisan Berjudul "Jenny Menari"

 
 
Tahun demi tahun, bahkan minggu demi minggu lagu ini tidak pernah absen mengisi resistensi playlistku. Jenny ku yang ku rindukan, sesosok gadis kecil yang menjadi saksi perkembanganku menuju pubertas. Dia selalu menyanyikan Look With Whom I’m Talking To sembari menari dan mengisyaratkan “Hey, bangunlah! Mari menari, diatas tirani.. Untuk apa kau hidup jika tidak untuk dirayakan. Apalagi di akhir pekan” bisiknya sembari terus-menerus menari di sepersekian tiga menit enam detik.
Berbagai prahara hidup ini hanyalah satu banding sekian juta partikel bebas yang ada di dunia tak berujung ini. Sedangkan satu lagu yang sering dinyanyikan Jenny sedari ku tumbuh dewasa hingga sekarang adalah sebuah nafas kehidupan, untuk sebuah ketersesatan. Untuk kesekian kalinya, Look With Whom I’m Talking To lebih dari sekedar nyanyian gadis kecil bernama Jenny. Setiap kata, nada dan hentakan di dalamnya memberikanku nafas kehidupan. Apalagi jika berbicara soal romansa dan kekecewaan atas hidup ini, Jenny akan datang kemudian berteriak dengan sangat kencang. Lalu sembari memelototiku dia akan bersabda “Sudah kesekian kalinya dan aku bosan. Mari menari?” dan kami akan menari sampai menit ketiga lebih enam detik. Lalu dia pergi entah kemana dibawa laju angin yang tak terhingga kuatnya.
Jujur saja, kata demi kata tidak pernah menjadi makna. Hanya saja, ada sebuah nyawa yang dihembuskan di dalam lagu ini. Sebut saja nabi itu bernama Farid Stevy Asta, ikon teman-teman yang berfestival diakhir pekan sembari menangisi hari terakhir peradaban. Tentu saja dia cuman ngetweet sabtu minggu. Bahkan ada suara-suara lain yang muncul dan berkata lain dengan apa yang dinyanyikan oleh Jenny. Ada suara tersendiri yang ku dengarkan ketika bertahun-tahun lagu ini selalu mengisi playlist mingguanku.
Dan bersama akhir pekan serta kekhawatiran, Jenny tidak pernah pergi meninggalkanku. Selalu ada bisikan kecil yang keluar dari bibir manisnya, untuk sekedar menari bersama kegelisahan hati yang seharusnya dirayakan. Tangisan awal pekan juga selalu beserta Jenny dan tarian  gilanya yang terkadang juga semakin menjadi-jadi. Jika sudah hampir mati kelelahan, dia selalu menawarkan sekumpulan perapian, untuk sekedar menghangatkan suasana malam.
 
Yak, begitulah Jenny entah bertransformasi atau tidak, menjadi sebuah sekumpulan yang disebut FSTVLST. Memang sudah bukan masaku lagi, kini saatnya mereka yang sedang menjalani masa pubertas nya untuk merayakan akhir pekan bersama mereka. Cheerssss~