Rabu, 22 April 2020

Apakah Masih Ada Hari Esok.


Pada suatu sore yang cerah..

Aku sedang melamun, menikmati segelas teh hangat bersama angin yang berhembus begitu ramah, diiringi oleh alunan musik dari Julia Jackson yang mengcover lagu Someday milik The Strokes dengan begitu syahdunya. Ah begitu tenang dan sempurna sekali sore hari ini, burung-burung juga berterbangan kesana kemari. Sinar matahari di sore hari ini cukup ideal, untuk memberikan sedikit warna pada langit dan pepohonan milik tetanggaku yang menjulang tinggi ke atas sebagai pelengkap pemandangan dari dalam kamarku. Tentu saja banyak sekali yang terlintas di kepalaku, aku tidak tahu apakah itu termasuk bagian dari melamun, tapi bagiku melamun adalah saat dimana kita memiliki waktu dan bisa sepenuhnya membersamai diri kita dalam kemewaktuan yang temporer dan absurd ini.
Hari esok, menjadi sesuatu yang sering sekali ku pertanyakan, akan seperti apa hari tersebut. Tentang apa saja yang akan terjadi, tentang siapa saja yang akan ku temui, tentang situasi-situasi yang akan menemaniku di sepanjang hari. Selalu ku pertanyakan ketika aku memiliki waktu dengan diriku sendiri, bahkan terkadang apabila terlalu kompleks, akan ku jabarkan dalam tulisan-tulisan seperti yang saat ini sedang aku lakukan. Tentu saja mempertanyakan hari esok memiliki dasar yang jelas, apalagi dalam situasi pandemi seperti ini, di mana aku tidak akan pernah tahu akan seperti apa dunia ini di kemudian hari. Semakin lama, aku merasa hidup dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, kecuali ketidakpastian itu sendiri.
Hal paling sederhana yang paling bisa ku ceritakan di sini adalah mengenai masa depan seorang manusia pada umumnya, yang akan menikah, berkeluarga dan memiliki kehidupan rumah tangga yang sepertinya menyebalkan tetapi sekaligus menyenangkan. Sore ini, aku benar-benar memikirkan hal tersebut, setidaknya aku berpkir apakah masih ada hari esok untuk ku, dimana ada sebuah kesempatan bagi istri dan anak-anakku kelak untuk bertemu dengan diriku di masa mendatang yang penuh dengan ketidakpastian. Atau jangan-jangan, aku akan mati di usia muda? Atau menjadi seorang Romo lalu tidak menikah? Atau menikah dengan seseorang tetapi kami bersepakat untuk tidak memiliki anak? Atau menjadi seorang yang biasa-biasa saja dalam kesendirian dan kedamaian batin? Entahlah.

Sampai detik ini, aku tidak tahu sudah mengulang lagu ini berapa puluh kali, karena benar-benar terdengar begitu tenang dan ramai di saat yang bersamaan. Seperti apa yang sedang kita alami saat ini.
Oh iya, sudah hampir gelap, saatnya mencari keringat.