Selasa, 25 Februari 2020

Diantara Kecepatan dan Ketepatan


Hidup yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan,
Adalah hidup yang bisa saja menyedihkan..

            Pukul enam tepat aku berangkat dari rumahku menuju sebuah cafe langgananku, cukup jauh dan memakan waktu kurang lebih 30 menit. Waktu yang cukup ku nikmati untuk berkontemplasi diatas kuda besi yang ku tunggangi. Meratapi hidup yang mulai menyebalkan di usia dewasa awal, kata beberapa orang dan ceramahnya.
            Pada sebuah belokan, terlintas sejenak sebuah kata tentang kemungkinan. Sebuah kata yang benar-benar menggangguku beberapa waktu belakangan. Tentu saja sebagai konsekuensi sebagai seseorang “yang masih mahasiswa” dan baru saja menyelesaikan masa studinya, meskipun belum sepenuhnya tuntas. Konsekuensi tersebut hadir bersama dengan kesempatan yang datang dalam perjudian hidup, diantara kecepatan dan ketepatan.
            Tentu saja kehidupan terasa semakin luas, tetapi entah tidak menjadi lebih kompleks seperti yang ku bayangkan. Luas karena banyak sekali variasi kehidupan yang bisa dipilih, sebagai siapa dan menjadi apa. Tidak menjadi lebih kompleks karena kehidupan hanya memberikan beberapa opsi, salah satunya untuk hidup dengan kepastian dan memutus rantai “kemungkinan”.
            Di usia ku yang disebut sebagai dewasa awal, tentu saja beberapa orang akan menanyakan beberapa pertanyaan umum seperti “Mau Kerja Dimana?” “Mau Nikah Kapan?” “Mau Lanjut S2?”  dan beberapa variasi pertanyaan yang aku yakin, selalu berhubungan dengan kepastian hidup di hari nanti.
            Kata teman-temanku yang merasa sudah menjadi dewasa, atau setidaknya sadar bahwa mereka bukan lagi anak kecil lagi, hidup ini persoalan bagaimana kita bertahan hidup dengan berbagai cara melalui maksimalisasi kepastian dan minimalisasi kemungkinan. Karena kepastian mendatangkan perasaan aman, sedangkan kemungkinan memunculkan keresahan.

Hidup yang hanya dikendalikan oleh kepastian dan kemungkinan,
Adalah hidup yang bisa saja membosankan.