Senin, 11 Januari 2016

Aku Tidak Dilahirkan Untuk Masa Sekarang.

Menjelang petang, aku hampir saja tumbang. Terperangkap dalam lalu lalang manusia dan rutinitas yang selalu saja seperti itu. Entah kenapa diujung senja ini aku merasa tersesat dalam kehidupan yang selalu kupertanyakan "Apakah sejatinya fana?" Aku mulai tidak mengerti dengan semua ini, kulihat lebih dalam imajinasiku. Terlihat pantai, langit senja dan matahari yang perlahan terlelap lalu sentuhan angin laut mengingkanku untuk sesegera mungkin beranjak dan berjalan. Kita hanya memerlukan sejenak waktu serta tempat untuk beristirahat, titik balik suatu refleksi menjadikan hidup lebih berarti apabila engkau tau dengan apa yang akan kau lakukan dengan 1x24 jam yang tersisa. Hampir gelap, serasa kamar ini semakin membeku, diluar hujan tak kunjung henti namun tetap saja malu-malu, angin yang menyuarakan kerinduan merasuki alam bawah sadar dan berontak, ketenangan sore ini begitu berarti dengan segala persoalan hidup yang telah kulewati. Hari ini begitu indah, di penghujung sore bersama teh ini aku mulai berpikir lebih dalam tentang dunia dan segala pertanyaanku, aku mulai hanyut di bawah alam sadarku, sepertinya jiwaku tak sanggup lagi bertahan, aku terjatuh dalam dimensi lain, tapi perlahan aku sadar bahwa ini semua hanya tipuan pemikiran kita saja. Sampai pada akhirnya kepedulian hanyalah sebuah hal yang receh, mengejar matahari dan meninggalkan tanah kerinduan akan kedamaian bahagia yang menjurus kepada kekhawatiran. Bahkan aku sama sekali tidak bernafas hingga akhir tulisan ini selesai, tidak ada pengulangan kata karena bagiku menulis seperti halnya hidup, kau tidak bisa melawan absolutisme waktu. Maka sebuah pemikiran yang telah tertulis bukanlah hal yang harus dihapuskan bahkan dibunuh sebagai suatu kenangan. Karena kenangan adalah sesuatu yang menempa dan membentuk kita hingga sampai saat ini kita masih berdiri dibawah mimpi manusia sebagai makhluk berperasaan. Mungkin aku terlalu menyelami segala perihal hidup ini terlalu dalam, aku hanya perlu sedikit berhenti........ Maka akan tetap ku lanjutkan hingga amarah dan air mata yang tidak pernah ada menjadi ada, namun sesekali tiada. Merasuki lebih dalam tentang apa yang tidak terlihat, perasaan dan pemikiran. Tenang sebentar dan mendengarkan alunan suara hati yang selalu berkata "Tetaplah hidup, Tetaplah berjuang." Karena hidup adalah suatu pemberian. Aku berhenti beberapa saat, kemudian tetap saja aku masih melanjutkan walaupun ku tau bahwa aku sudah tidak memiliki sisa-sisa imajinasi untuk tetap bernafas dalam tulisan ini, bagaikan hidup seorang manusia yang kehilangan harapan, dia lupa bahwa tetap bertahan hidup adalah harapan satu-satunya yang dia miliki. Karena harapan terakhir manusia hanyalah sebuah jawaban yang tidak memiliki nilai kebenaran atau kebaikan. Aku percaya bahwa aku tidak dilahirkan untuk masa sekarang, mungkin esok atau bahkan lebih esoknya lagi.

Ya, sigur ros menemaniku bersama olsen-olsen. Lalu ada teh, hujan dan angin sore yang menceritakan segala keluh kesah manusia pada kala itu. Listrik mati, kemudian sesaat hidup kembali. Seperti halnya hembus nafas kehidupan, harapan dan ketenangan. Kita tidak akan pernah tau, kapan dan dimana.