Minggu, 11 Juni 2017

Ketidaksanggupan

Manusia selalu menginginkan kondisi ideal untuk dijalani, tidak lebih dan tidak kurang. Mereka selalu mencari, detik demi detik dan halaman demi halaman. Tapi sayang sekali, tidak pernah ada kondisi ideal untuk dihidupi. Kita selalu berkompromi dengan kehidupan, padahal sesungguhnya kita sedang berjudi dengan kehidupan tersebut. Lalu kita selalu terjebak di dalam keniscaayaan dan berharap semuanya akan menjadi baik-baik saja. Seperti itu dan akan selalu berputar seperti siklus hujan turun di permukaan bumi.

Aku hanya belajar menerima, tanpa pernah mau berkompromi dengan kehidupan itu. Mereka selalu berjuang bersama kondisi ideal yang mereka miliki, sedangkan aku hanyalah mencoba tetap berdiri di tengah badai keputusasaan. Ah seni dalam menerima,  merupakan seni terakhir yang akan aku sempurnakan di pemakamanku kelak. Menerima kematian, sama dengan menerima kehidupan. Entahlah, dunia begitu kompleks untuk dijelaskan.

Prahara dan kehidupan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Penghinatan, rasa sakit, kekecewaan adalah guru terbaik bagi manusia. Tapi mereka selalu menganologikan hal tersebut sebagai guru yang galak. Mereka tidak pernah mau menerima segala ceramah yang diberikan guru tersebut.

Kelelahan dan keletihan, merupakan sebuah perjalanan menuju kematian. Aku tidak pernah berharap dalam kondisi seperti ini. Tapi keadaan lah yang memaksaku, aku tidak pernah berharap sama sekali. Aku hanya memikirkan bagaimana aku tetap bertahan hidup dalam kondisi terpuruk seperti ini. Dulu aku bisa menahan, sekarang sudah tidak lagi. Sepertinya, ada saatnya aku harus mengakui kekalahanku dan ketidaksanggupanku melawan kehidupan.

Entahlah, masih berapa lama lagi aku harus berjalan. Aku tidak melihat ada harapan disekitarku. Hanyalah tumpukan ekstasi ekspetasi yang siap untuk dikonsumsi. Apakah hal tersebut perlu untuk di nikmati? Entah akan sampai kapan aku akan menolak tahu bahwa sebenarnya, aku sedang menjerit tersiksa di dalam diriku sendiri.

Hanyalah kemewaktuan yang akan membantuku, pun dia akan berlomba dengan kematian. Lupakan saja, ini sudah saatnya terlelap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar