Disaat saya sedang lembur mengejar tugas akhir semester yang berserakan, justru sepersekian detik muncul pemikiran untuk menulis perihal narasi kehidupan orang-orang yang pernah saya temui...
Sudah hampir 20 tahun saya menginjakkan kaki di bumi ini, lebih tepatnya alam semesta yang selalu saya identifiaksikan sebagai hal yang paling kompleks. Saya menemui banyak sekali manusia-manusia hebat, khususnya mereka yang bercerita dengan begitu asiknya, membagikan setiap momen-momen berharga yang mengajarkan saya banyak hal.
Ya, belajar tidak selalu harus dari dalam kelas, membaca ataupun hal-hal lain semacamnya. Belajar tentang kehidupan bias kita mulai dari orang-orang disekitar kita, atau realita yang ada dan menghampiri kehidupan kita.
Saya selalu percaya, bahwa hidup hanyalah persoalan menunda kematian. Tetapi di dalam menunda kematian tersebut, Ibu saya pernah berkata bahwa kesempatan tersebut harus dimanfaatkan untuk belajar lebih banyak dari kompleksitas kehidupan ini. Mulai dari permenungan, perjalanan dan sebuah obrolan.
Entah kenapa malam ini saya tiba-tiba ingin menulis hal yang menurut saya begitu random, karena tugas akhir semester ini harus dikumpulkan 6 jam lagi. Tapi ya sudahlah, belajar tidak harus melulu soal mengerjakan tugas bukan? Di dalam menunda pekerjaan ini, saya belajar bahwa di luar sana banyak sekali manusia-manusia yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan kesempatan yang sama seperti saya.
Banyak sekali narasi kehidupan yang telah saya temui, meskipun tidak sebanyak Paman Morrie ataupun Coelho, tapi saya sudah merasa itu cukup banyak, sebagai bekal untuk menjadi orang yang katanya harus bisa lebih dewasa ketika menginjakkan kaki di umur 20.
Terima kasih kalian, wahai para manusia-manusia yang sudah pernah mampir di dalam kehidupan saya! Semoga terbekati dan jangan lupa bahagia...
Salam, dari seseorang yang masih menunda kematiannya untuk terus belajar dari narasi kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar