Pada suatu sore
yang cerah..
Aku
sedang melamun, menikmati segelas teh hangat bersama angin yang berhembus
begitu ramah, diiringi oleh alunan musik dari Julia Jackson yang mengcover lagu
Someday milik The Strokes dengan begitu syahdunya. Ah begitu tenang dan
sempurna sekali sore hari ini, burung-burung juga berterbangan kesana kemari. Sinar
matahari di sore hari ini cukup ideal, untuk memberikan sedikit warna pada
langit dan pepohonan milik tetanggaku yang menjulang tinggi ke atas sebagai pelengkap
pemandangan dari dalam kamarku. Tentu saja banyak sekali yang terlintas di
kepalaku, aku tidak tahu apakah itu termasuk bagian dari melamun, tapi bagiku
melamun adalah saat dimana kita memiliki waktu dan bisa sepenuhnya membersamai
diri kita dalam kemewaktuan yang temporer dan absurd ini.
Hari
esok, menjadi sesuatu yang sering sekali ku pertanyakan, akan seperti apa hari
tersebut. Tentang apa saja yang akan terjadi, tentang siapa saja yang akan ku
temui, tentang situasi-situasi yang akan menemaniku di sepanjang hari. Selalu
ku pertanyakan ketika aku memiliki waktu dengan diriku sendiri, bahkan
terkadang apabila terlalu kompleks, akan ku jabarkan dalam tulisan-tulisan
seperti yang saat ini sedang aku lakukan. Tentu saja mempertanyakan hari esok
memiliki dasar yang jelas, apalagi dalam situasi pandemi seperti ini, di mana
aku tidak akan pernah tahu akan seperti apa dunia ini di kemudian hari. Semakin
lama, aku merasa hidup dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, kecuali
ketidakpastian itu sendiri.
Hal
paling sederhana yang paling bisa ku ceritakan di sini adalah mengenai masa
depan seorang manusia pada umumnya, yang akan menikah, berkeluarga dan memiliki
kehidupan rumah tangga yang sepertinya menyebalkan tetapi sekaligus
menyenangkan. Sore ini, aku benar-benar memikirkan hal tersebut, setidaknya aku
berpkir apakah masih ada hari esok untuk ku, dimana ada sebuah kesempatan bagi
istri dan anak-anakku kelak untuk bertemu dengan diriku di masa mendatang yang
penuh dengan ketidakpastian. Atau jangan-jangan, aku akan mati di usia muda?
Atau menjadi seorang Romo lalu tidak menikah? Atau menikah dengan seseorang
tetapi kami bersepakat untuk tidak memiliki anak? Atau menjadi seorang yang
biasa-biasa saja dalam kesendirian dan kedamaian batin? Entahlah.
Sampai detik
ini, aku tidak tahu sudah mengulang lagu ini berapa puluh kali, karena
benar-benar terdengar begitu tenang dan ramai di saat yang bersamaan. Seperti
apa yang sedang kita alami saat ini.
Oh iya, sudah
hampir gelap, saatnya mencari keringat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar