Hidup yang penuh
dengan kemungkinan-kemungkinan,
Adalah hidup
yang bisa saja menyedihkan..
Pukul enam tepat aku berangkat dari
rumahku menuju sebuah cafe langgananku, cukup jauh dan memakan waktu kurang
lebih 30 menit. Waktu yang cukup ku nikmati untuk berkontemplasi diatas kuda
besi yang ku tunggangi. Meratapi hidup yang mulai menyebalkan di usia dewasa
awal, kata beberapa orang dan ceramahnya.
Pada sebuah belokan, terlintas
sejenak sebuah kata tentang kemungkinan. Sebuah kata yang benar-benar menggangguku
beberapa waktu belakangan. Tentu saja sebagai konsekuensi sebagai seseorang “yang
masih mahasiswa” dan baru saja menyelesaikan masa studinya, meskipun belum
sepenuhnya tuntas. Konsekuensi tersebut hadir bersama dengan kesempatan yang
datang dalam perjudian hidup, diantara kecepatan dan ketepatan.
Tentu saja kehidupan terasa semakin
luas, tetapi entah tidak menjadi lebih kompleks seperti yang ku bayangkan. Luas
karena banyak sekali variasi kehidupan yang bisa dipilih, sebagai siapa dan
menjadi apa. Tidak menjadi lebih kompleks karena kehidupan hanya memberikan
beberapa opsi, salah satunya untuk hidup dengan kepastian dan memutus rantai “kemungkinan”.
Di usia ku yang disebut sebagai
dewasa awal, tentu saja beberapa orang akan menanyakan beberapa pertanyaan umum
seperti “Mau Kerja Dimana?” “Mau Nikah Kapan?” “Mau Lanjut S2?” dan beberapa variasi pertanyaan yang aku yakin,
selalu berhubungan dengan kepastian hidup di hari nanti.
Kata teman-temanku yang merasa sudah
menjadi dewasa, atau setidaknya sadar bahwa mereka bukan lagi anak kecil lagi,
hidup ini persoalan bagaimana kita bertahan hidup dengan berbagai cara melalui
maksimalisasi kepastian dan minimalisasi kemungkinan. Karena kepastian
mendatangkan perasaan aman, sedangkan kemungkinan memunculkan keresahan.
Hidup yang hanya
dikendalikan oleh kepastian dan kemungkinan,
Adalah hidup
yang bisa saja membosankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar