Disini,
aku mencoba untuk berkomunikasi dengan secangkir kopi. Sebut saja namanya
Elisa, dia adalah secangkir Caffe Latte yang dibuat dengan sepenuh hati. Jika
aku tidak salah, susu dan kopi adalah partikel utama yang melahirkan Elisa, lebih
tepatnya sepertiga espresso dan dua pertiga susu panas. Komposisi yang cukup
menarik, lantas bagaimana dengan seekor mamalia yang dapat berpikir? Apa saja
komposisinya? Entahlah, aku bukan lah seorang barista atau sebuah perangkat
yang dapat mereproduksi mamalia tersebut. Tapi dari yang aku ketahui selama
ini, mereka terbentuk dari setengah perjalanan, seperempat harapan, dan
seperempatnya lagi penyesalan,
Manusia
hanya terdiri dari setengah perjalanan, setengahnya lagi adalah harapan dan
penyesalan. Perjalanan tersebut adalah sesuatu yang harus dilengkapi, oleh
karena itu hadir lah sebuah harapan dan penyesalan untuk melengkapi sebuah
perjalanan yang tidak akan pernah bisa mereka selesaikan tanpa kedua komposisi bernama
harapan dan penyesalan. Komposisi pertama adalah perjalanan, di dalam
perjalanan tersebut ada jutaan partikel yang harus bertemu dengan sebuah
partikel yang akan melahirkan seekor mamalia yang dapat berpikir. Di dalam
prosesnya, ada harapan dan penyesalan yang muncul secara bersamaan, tapi
sepertinya penyesalan ada terlebih dahulu, kemudian di susul oleh harapan
setelah beberapa saat hadir sebuah kesadaran atas suatu hal.
Di
dalam perjalanan takdirnya, seekor mamalia tersebut biasanya paling sering
bertemu dengan harapan dan penyesalan, dua komposisi yang pada awalnya
melahirkan mereka. Kemudian kedua hal tersebut saling berkontestasi di dalam
kompleksitas kehidupan dan menjadikan mamalia tersebut lambat laun habis,
seperti kopi yang perlahan diminum, sedikit demi sedikit. Ketika pertama kali
dilahirkan, mamalia tersebut sangat panas seperti kopi, lalu setelah sekian
lama menjalani takdirnya untuk dinikmati oleh kehidupan, mamalia tersebut
menjadi dingin, lagi-lagi sama seperti kopi. Kemudian setelah sekian lama
kehidupan menikmatinya, ada saat dimana mamalia itu harus segera dihabiskan
seperti hal nya kopi, entah karena alasan sudah terlalu lama atau memang karena
sedang terburu-buru. Tapi bagaimana jika si penikmat kopi sedang tidak ingin
menghabiskan kopinya? Tentu saja akan dibuang, atau mungkin diminum oleh
penikmat yang lain. Kita tidak akan pernah tahu jika tidak bertanya, karena
kopi dan penikmatnya adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lalu
baristanya? Ya, anggap saja peran tambahan yang sesungguhnya penting, tetapi
seringkali dilupakan.
Apa
yang membedakan kopi dan mamalia diatas? Mereka sama-sama diciptakan, memiliki
komposisi dan punya cara yang hampir sama untuk menjalani takdirnya. Pada
akhirnya, yang membedakan hanyalah sebuah ketidakjelasan akan tulisan ini,
karena kehabisan ide.
Sekian~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar