Dan kini aku tidak perlu repot-repot
lagi untuk berjuang. Aku telah mati ditelan peradaban yang mengatasnamakan
manusia. Tubuh ini hanyalah sebuah daging yang mampu berjalan kesana-kemari dan
sangat disayangkan, tidak bisa lagi merasakan birahi. Nafsu sudah mengudara
bersama roket kebencian umat manusia yang menuju jagad raya luas tak terbatas.
Kini tinggal seonggok daging, bahka tanpa sebuah nurani untuk memilih dan
berinisiatif. Sedangkan logika sudah terpenjarakan didalam keseragaman umat
manusia, universal adalah sebuah keharusan. Kau akan mati apabila menjadi beda!
Semua yang bergerak dibawah matahari sudah diatur sedmikian rupa. Celakalah
kita!
Kita terus-menerus mengada, padahal
keberadaan kita seharusnya dipertanyakan. Apakah benar-benar diri kita ini
memang berada di dalam ruang bernama kehidupan beserta kompleksitasnya? Lantas
kau sedang memulai perjalananmu menuju dimensi tak berhingga dan kau akan mati
kelelahan karena tidak mampu menjawab segala pertanyaan hidup ini. Sekarang
yang bisa kau lakukan hanyalah diam, menunggu kematian dan menyambutnya dengan
bahagia. Percayalah bahwa manusia tidak selamanya benar dan manusia tidak
selamanya salah, apa maksudnya? Gunakan rasionalitas kalian untuk menjawabnya!
Hanya terkadang, ingat untuk
kesekian kalinya bahwa ini hanya terkadang. Aku membenci kehidupan ini,
khusunya manusia dan peradaban. Kalian adalah ciptaan yang mencipta budak namun
diperperbudak dan pembunuh yang pada
akhirnya terbunuh. Tragis sekali tragedi yang di sebut dengan kehidupan ini.
Sampai-sampai aku tidak tahu lagi dengan apa yang akan aku tulis. Pergilah
menuju langit tak bertuan, disana akan banyak burung-burung menyambut kekejaman
kita sebagai sang penakluk kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar