Bunga dan Air
Mata
Dan yang untuk
kesekian kalinya
Untuk malam yang
semakin mencekam
Bersama hadirnya
bulan dan bintang-gemintag
Sebagai tanda
sebuah perpisahan
Bukanlah sebuah
puisi manis ku persembahkan
Bahkan kata-kata
yang dirangkai layaknya kado kelahiran.
Tidak untuk
sebuah keindahan, mati sudah kerepotan
Dengan segala
hingar binger mamalia banal
Bernama manusia.
Mengada di dalam
kemewaktuan
Menjadikan
perubahan semakin menjadi-jadi
Apalagi yang
akan berubah?
Bukan kah kita
tidak siap untuk selalu berputar?
Di dalam roda
bernama kehidupan
Di ujung
tertinggi mereka berlomba-lomba
Menyaksikan
pemandangan terbaik sepanjang masa
Tentang
manusia-manusia lain yang saling berjibaku
Hanya untuk
sekedar melihat diri mereka
Dari ujung
teratas kehidupan
Kemudian komedi
kemanusiaan layak untuk ditertawakan
Tidak terbatas
episodenya, sesuka hati
Tapi sayangnya
hati sudah menjadi antipati
Jadi jangan
pernah menunggu epilognya.
Lalu dimana
Bunga yang aku janjikan?
Serta dengan air
mata yang aku persembahkan?
Tidak untuk
manusia-manusia seperti kita.
Aku menyimpannya
di dalam sebuah kotak
Kemudian ku
terbangkan bersama nafas kehidupan
Pergi, semakin
menjauh, jauh dan jauhnya tidak terhingga
Tapi sejauh
rasionalitas kita terjaga
Kotak itu jatuh,
ke tangan para tirani
Bukan sebatas
kekuasaan saja
Lebih dari itu,
hal-hal yang tidak pernah kita sadari
Namun kita
selalu menolaknya
Hanya dapat kita
temukan, setelah kotak itu meledak
Sebentar lagi,
mungkin sepersekian detik cukup
Untuk melihat
umat manusia menghitung mundur
Sebuah
dekonstruksi massal.
Dirayakanlah
sebuah perayaan tanpa makna
Untuk memenuhi
nilai lebih, ini dan itu
Tidak ada bunga
dan air mata
Semua sudah
berganti, dan akan terus berganti
Mereka
bersorak-sorai, diujung kecepatan peradaban
Semakin
menjadi-jadi, cepatnya tanpa kuasa
Lalu mereka
berteriak kegirangan
Semacam sirkus
yang mempertontonkan adrenalin
Dan semuanya
menyaksikan pertunjukan itu
Gratis, tanpa
dipungut biaya apapun
Tapi dengan
syarat, yaitu ketidaktetapan
Dan apalagi yang
mereka tunggu, sesegera mungkin
Mereka masuk di
dalam karnaval tanpa sirkus
Tapi mereka
tetap bersorak-sorai dengan kebaruan itu
Relativitas
semakin menari-nari bersama manusia.
Untuk apalagi
keberadaan kita dipertanyakan?
Jangan! Tidak
usah!
Cukup sudah,
berhenti saja.
Terdengar suara
tangisan dari kotak tersebut
Sebentar lagi
akan meledak
Sebaiknya berdoa
saja, kepada hal-hal yang kamu percayai
Agar tidak ada
satu bunga pun yang menyentuh jantungmu
Atau setetes air
mata yang bersapaan dengan kepalamu
Untuk hati yang
sudah tidak seharum bunga di taman
Untuk otak yang
sudah tidak sejernih oase di gurun
Kita masih dan
tetap akan menjadi satu per nol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar