Satu hal yang paling ku rindukan
dari masa mudaku adalah semangat muda yang berkobar-kobar laksana api di dalam neraka
yang sudah siap sedia menyambut kedatangan para pendosa, seperti halnya masa mudaku yang dipenuhi dengan berbagai dosa namun tidak pernah sedikitpun aku
berbagi hal tersebut. Semangat menjadi muda, begitu menyenangkan sekali! Aku tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya satu kali itu. Di usiaku yang
hampir berkepala dua ini aku sudah tidak menganggap diriku ini muda, banyak
sekali hal yang harus aku persiapkan untuk menyambut masa depanku. Sedangkan
aku hanya memiliki masa muda sekitar enam tahun dan waktu yang singkat itu
benar-benar aku manfaatkan sebaik mungkin, tidak sekedar menjadi penggila pesta
dan hal-hal lain yang menyenangkan, tetapi juga menyelesaikan semua tanggung
jawab yang ada di masa itu.
Mari kita mulai ketika hentakan dan
alunan melodi yang menghantarkan kami menuju perayaan akhir pekan. Disitu
berkumpul berbagai macam manusia. Entah tua, muda, kaya, miskin, kiri, kanan, normal, gila,
atau apapun kalian menyebutnya, mereka tidak pernah peduli dengan perbedaan
tersebut. Mereka hanya menginginkan satu hal yang sangat sederhana pada masa
itu, kebahagiaan. Sebatas mendengarkan para pengamen panggung bersinergi,
membentuk suatu ruang kebahagiaan yang temporer namun tak berbatas dan mereka
semua yang hadir bersorak-sorai merayakan perarakan akhir pekan tersebut. Tanpa
peduli dari mana mereka berasal, atau siapa mereka sesungguhnya, identitas
tidak pernah ada di dalam kerumunan tersebut. Hanya ada sebuah status
berlabelkan “Sekumpulan Manusia,Pencari Kebahagiaan dan Penari Lupa Diri”.
Begitulah perarakan dimulai ketika hentakan pertama keluar entah dari mana
asalnya.
Menolak kesedihan dan memilih untuk
bercengkerama dengan siapapun. Itulah yang akan aku lakukan ketika nurani
sedang tidak bisa berkompromi. Aku menolak segala perasaan negatif dan memilih
untuk melakukan sesuatu yang bagiku membahagiakan. Bertemu dengan
manusia-manusia lain, terutama yang baru ku kenal adalah sesuatu yang menyenangkan.
Mendengarkan mereka bercerita tentang keluh kesah atau sekedar cerita remeh
mengenai hidupnya merupakan bagian favoritku ketika berinteraksi dengan mereka,
tentu sembari minum kopi atau sekedar berjalan ke entah berantah. Kemudian
waktu jatuh terlalu cepat dan entah sudah berapa jam yang kami habiskan untuk
berbicara kesana-kemari mengenai hal-hal yang remeh, namun terkesan begitu
membahagiakan. Tapi pada akhirnya aku justru lupa menceritakan hal-hal yang
seharusnya ku ceritakan, karena sibuk mendengarkan dongeng mereka bisa membuatku
lupa dengan perasaan negatif yang muncul.
Selalu ada bisikan kecil entah
keluar dari bagian tubuh mana, memberikan sebuah ceramah singkat mengenai apa
yang harus aku lakukan dalam sehari, seminggu bahkan sebulan. Aku memiliki
begitu banyak rencana yang harus sesegera mungkin ku selesaikan, tanpa ada sebuah
beban sama sekali karena rencana itu berasal dari sebuah ceramah singkat sang
nurani. Bahkan pada masa itu, aku tidak pernah merasakan kelelahan yang begitu
menyakitkan. Justru bagiku kelelahan adalah ketika aku tidak bisa melakukan
apapun untuk satu jam saja, itu sangat melelahkan, berpikir mengenai hal-hal
seru apalagi yang harus aku lakukan sebelum masa mudaku habis. Benar-benar
pemuda yang penuh semangat!
Masa awal remaja yang begitu indah,
tidak pernah bisa ku lupakan. Terkadang aku ingin kembali ke masa itu, dimana
hidupku adalah untuk menggila dan bersenang-senang. Persetan dengan orang lain
yang tak sepaham dengan kami! Bagiku, kebahagiaan di masa itu begitu sederhana,
tidak serumit di masa sekarang. Tapi begitulah hidup, selalu berubah dan kita
dituntut untuk bisa menyesuaikan. Apa jadinya jika tidak? Kau akan mempersulit
dirimu sendiri untuk berkembang, kita mungkin tahu yang terbaik untuk diri
kita, tapi sayangnya sang waktu lah yang lebih paham mengenai cara untuk
menempa kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Percayalah, cukup
siapkan senyum terbaikmu untuk menerima segala hal yang sudah disiapkan oleh
sang waktu dan semesta.