Sabtu, 05 September 2020

Pengampunan Imajiner

            Aku masih menantikan, hari-hari di mana aku tidak menghidupinya, menjadi yang satu dengan alam semesta dan menjadi yang tidak mewaktu dalam kehidupan. Tetapi hari-hari itu masih menjadi pertanyaan, entah kapan datangnya atau seperti apa rupanya, tidak ada satu pun manusia yang dapat menjelaskan dan membuktikannya secara penuh, bahkan pembahasan mengenai hal-hal tersebut hanya berputar disekitaran intepretasi dan nilai-nilai kebenaran yang relatif. Melalui segala perdebatan tentang seperti apa kematian nantinya, tentu kita sama-sama tahu bahwa pada suatu saat, semua manusia akan menepi dan berakhir.

            Beberapa orang mempercayai konsep surga dan neraka, beberapa yang lainnya tidak. Sebagian orang mempercayai konsep reinkarnasi, sebagian yang lainnya tidak. Ada juga yang mempercayai bahwa tidak ada apa-apa setelah kematian, pun demikian dengan hal-hal rumit yang lain. Entah akan seperti apa kematian nantinya, satu-satunya persoalan yang sangat menggangguku adalah mengenai bagaimana kita akan dibalas oleh semesta di kemudian hari. Untuk segala dosa, kesalahan dan kejahatan yang telah kita perbuat baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

            Pada suatu titik aku berpikir, jika nantinya benar-benar tidak apa-apa setelah kematian, akan sangat tidak adil bagiku ketika semua dosa, kesalahan dan kejahatan yang telah ku perbuat di dunia ini tidak dibalas. Aku berharap, lebih baik semesta membalas semua dosa dan kesalahan tersebut di dunia ini, ketika aku masih mewaktu dan menjadi manusia. Bagiku, orang-orang berdosa tidak membutuhkan pengampunan, dia hanya butuh dibalas dengan hal yang setimpal agar tidak lagi merasa gelisah dan bersalah.

Pengampunan bukanlah hubungan yang satu arah, bahkan sebenarnya kita tidak pernah tahu apakah semesta benar-benar mengampuni. Selama hidup di dunia ini, bisa saja kita hanya menghidupi pengampunan yang imajiner, sebuah pengampunan yang sebenarnya tidak pernah ada dan hanya hidup di dalam pikiran dan keyakinan kita. Bagiku pribadi, pengampunan akan lunas ketika kita sudah dibalas atas segala kesalahan dan perbuatan dosa di masa lampau. Bisa jadi pengampunan seperti itu dapat diterima oleh beberapa orang yang tidak dapat menerima pengampunan secara cuma-cuma seperti diriku saat ini.

Sampai sejauh ini, aku berharap, semoga semesta mau membalas semua kesalahan dan dosa yang telah ku perbuat. Tidak pada kematian, tetapi pada kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar