Aku berdiri diantara dua lautan yang
akan saling bertabrakan, laut disebelah kiri ku bernafaskan kebenaran,
sedangkan laut disebelah kanan ku juga bernafaskan kebenaran. Apakah ada yang
salah? Apakah kalian berharap bahwa laut yang satunya adalah yang bernafaskan
kesalahan? Kenapa ujung-ujungnya membosankan seperti itu? Apakah kita tidak
akan mencoba berpikir lebih jauh lagi? Mengambil sudut pandang yang lebih
tinggi, melihat kebawah, bahwa keduanya adalah laut yang sama. Hanya dipisahkan
oleh sekat, bernama kompleksitas relativitas.
Berbicara soal benar dan salah,
menyebalkan! Itu hanya soal relativitas, menyebalkannya lagi sangat kompleks untuk
dipahami. Mengapa bisa begitu? Karena manusia terjebak di dalam dirinya
sendiri, dia membangun kebenarannya, dia membangun senjatanya, dia membangun
harga dirinya, dia membangun identitasnya. Mudahnya, identitas yang dimiliki
oleh seorang manusia adalah kebenaran. Hal tersebut merupakan simplifikasi dari
suku, agama, ras, golongan, ideologi dan sebagainya.
Jika identitas manusia adalah
kebenaran, maka mereka akan selalu berperang satu sama lain, meskipun sama
identitasnya, tapi kebenaran itu adalah sesuatu yang berbeda-beda. Apakah itu
menjadi masalah? Sepertinya begitu. Karena kebenaran diproduksi oleh mesin
kompleks bernama manusia, didalamnya banyak sekali faktor pembeda seperti
sejarah, kelas sosial dan keadaan sosialnya. Menyebalkan, jika melihat
orang-orang saling berkontestasi untuk menjadi yang paling benar. Karena
kebenaran itu relatif, selalu berubah mengikuti konteks, dasar logika bahkan egoisme
manusia.
Daripada meributkan identitas
kebenaran kita, kenapa tidak saling mengingatkan bahwa identitas dasar kita adalah
sama, manusia. Apakah itu terlalu sulit?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar