Tahun demi tahun, bahkan minggu
demi minggu lagu ini tidak pernah absen mengisi resistensi playlistku. Jenny ku
yang ku rindukan, sesosok gadis kecil yang menjadi saksi perkembanganku menuju
pubertas. Dia selalu menyanyikan Look With Whom I’m Talking To sembari menari
dan mengisyaratkan “Hey, bangunlah! Mari menari, diatas tirani.. Untuk apa kau
hidup jika tidak untuk dirayakan. Apalagi di akhir pekan” bisiknya sembari
terus-menerus menari di sepersekian tiga menit enam detik.
Berbagai prahara hidup ini hanyalah
satu banding sekian juta partikel bebas yang ada di dunia tak berujung ini.
Sedangkan satu lagu yang sering dinyanyikan Jenny sedari ku tumbuh dewasa
hingga sekarang adalah sebuah nafas kehidupan, untuk sebuah ketersesatan. Untuk
kesekian kalinya, Look With Whom I’m Talking To lebih dari sekedar nyanyian
gadis kecil bernama Jenny. Setiap kata, nada dan hentakan di dalamnya
memberikanku nafas kehidupan. Apalagi jika berbicara soal romansa dan
kekecewaan atas hidup ini, Jenny akan datang kemudian berteriak dengan sangat
kencang. Lalu sembari memelototiku dia akan bersabda “Sudah kesekian kalinya
dan aku bosan. Mari menari?” dan kami akan menari sampai menit ketiga lebih
enam detik. Lalu dia pergi entah kemana dibawa laju angin yang tak terhingga
kuatnya.
Jujur saja, kata demi kata tidak
pernah menjadi makna. Hanya saja, ada sebuah nyawa yang dihembuskan di dalam
lagu ini. Sebut saja nabi itu bernama Farid Stevy Asta, ikon teman-teman yang
berfestival diakhir pekan sembari menangisi hari terakhir peradaban. Tentu saja
dia cuman ngetweet sabtu minggu. Bahkan ada suara-suara lain yang muncul dan
berkata lain dengan apa yang dinyanyikan oleh Jenny. Ada suara tersendiri yang
ku dengarkan ketika bertahun-tahun lagu ini selalu mengisi playlist mingguanku.
Dan bersama akhir pekan serta
kekhawatiran, Jenny tidak pernah pergi meninggalkanku. Selalu ada bisikan kecil
yang keluar dari bibir manisnya, untuk sekedar menari bersama kegelisahan hati
yang seharusnya dirayakan. Tangisan awal pekan juga selalu beserta Jenny dan
tarian gilanya yang terkadang juga semakin menjadi-jadi. Jika sudah
hampir mati kelelahan, dia selalu menawarkan sekumpulan perapian, untuk sekedar
menghangatkan suasana malam.
Yak, begitulah Jenny entah bertransformasi atau
tidak, menjadi sebuah sekumpulan yang disebut FSTVLST. Memang sudah bukan
masaku lagi, kini saatnya mereka yang sedang menjalani masa pubertas nya untuk
merayakan akhir pekan bersama mereka. Cheerssss~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar