Pulang, bersama
petang.
Bintang
gemintang dan bulan malam itu begitu indah. Aku menikmati perjalanan pulangku
sembari menyalakan perapian, setiap hembusan dan kemewaktuan adalah anugerah
yang benar-benar aku syukuri. Sudah cukup lama aku tidak menulis, masalahnya
adalah waktu dan rasa lelah. Banyak sekali yang tidak sempat ku utarakan, hanya
menjadi angin yang berlalu begitu saja. Jadi seperti biasa, aku hanya ingin
menulis. Tidak terlalu peduli dengan pemilihan kata atau segala yang begini dan
begitu. Oke mari kita mulai pestanya.
Tepat pukul 12 lebih sedikit aku
melaju bersama kejamnya waktu, menembus Yogyakarta dan segala romantismenya di
tengah malam yang semakin kusadari, tak bisa ku tinggalkan. Kota ini terlalu
nyaman, sayang sekali apabila suatu hari nanti aku harus pergi dan tidak
kembali. Tapi itu berlebihan, tentu ketika dewasa nanti aku harus kembali ke
kota ini, untuk memenuhi seluruh janji-janji yang telah ku sepakati dengan
teman-temanku. Bukan hanya itu, aku juga harus menjenguk keluargaku dan yang
paling favorit adalah kamarku. Tempat dimana tulisan ini tercipta, bersama
kelelahan dan kekhawatiran untuk menjadi dewasa.
Lampu merah, seratus dua belas!
Untuk senyap malam dan perapian yang semakin lama menemui ajalnya, tak ada satu
kendaraan pun yang lewat, bahkan semua toko sudah tutup. Hanya ada angin malam
yang menari-nari di angkasa, bersinergi dengan asap yang juga ikut merayakan
momentum tanpa manusia. Mereka bahagia dan aku juga, begitu tenang… Tapi
sayangnya aku harus terlelap, sekian.